Cerita Dewasa - Persetubuhan Terlarang

Cerita Dewasa -  Aqoe adalah perempoean beroesia 19 tahoen. kawan-kawan mengatakan aqoe tjantik, tinggi 170, koelit poetih dgn ramboet loeroes sebahoe. Aqoe termasoek popoeler diantara kawan-kawan, pokoknya ‘gaoel abis’. Tetapi demikian aqoe masih mampoe menjaga kesoetjiankoe sampai.. Soeatoe saat aqoe dan enam orang kawan Soesan (19), Indira (20), Kelvin (22), Detto (22), Toni (23) dan Hendri (20). menghabiskan liboeran dgn menginap di villa keloearga Hendri di Poentjak.

Soesan walaoepoen tak terlaloe tinggi (160) memiliki toeboeh padat dgn koelit poetih, sangat sexy apalagi dgn oekoeran boeah dada 36b-nya, Soesan telah berpatjaran tjoekoep lama dgn Kelvin. Diantara kami bertiga Indira yg paling tjantik, toeboehnya sangat proporsi tak heran kalaoe sang patjar, Detto, sangat tergila-gila dgnnya. Sementara aqoe, Hendri dan Toni masih ‘jomblo’. Hendri yg berdarah India sebenarnya soeka sama aqoe, dia loemayan ganteng tjoema saja ramboet-ramboet dadanya yg lebat terkadang memboeat aqoe ngeri, karenanya aqoe tjoema menganggap dia tak lebih dari sekedar kawan.



Atjara ke Poentjak kami moelai dgn ‘hang-ooet’ disalah satoe kafe terkenal di kota kami. Laroet malam baroe tiba di Poentjak dan langsoeng menyerboe kamar tidoer, kami semoea tidoer dikamar lantai atas. OEdara dingin memboeatkoe terbangoen dan menyadari tjoema Soesan yg ada sementara Indira entah kemana. Rasa haoes memboeatkoe beranjak menoejoe dapoer oentoek mengambil minoem. Sewaktoe melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaqoe menangkap soeara orang yg sedang bertjakap-tjakap. Koeintip dari tjelah pintoe yg tak tertoetoep rapat, ternyata Detto dan Indira. Niat menegoer mereka aqoe oeroengkan, karena koelihat mereka sedang bertjioeman, awalnya ketjoepan-ketjoepan lemboet yg kemoedian beroebah menjadi loematan-loematan. Keingintahoean akan kelanjoetan adegan itoe menahan langkahkoe menoejoe dapoer.

Adegan tjioeman itoe bertambah ‘panas’ mereka saling memagoet dan bergoeling-goelingan, lidah Detto menjalar bagai bagai oelar ketelinga dan leher sementara tangannya menyoesoep kedalam t-shirt meremas-remas boeah dada yg menyebabkan Indira mendesah-desah, soearanya desahannya terdengar sangat sensoeal. Disibakkannya t-shirt Indira dan lidahnya menjalar dan melioek-lioek di poetingnya, menghisap dan meremas-remas boeah dada Indira. Setelah itoe tangannya moelai merayap kebawah, mengeloes-eloes bagian sensitif yg tertoetoep g-string. Detto beroesaha memboeka penoetoep terakhir itoe, tapi sepertinya Indira keberatan. Lamat-lamat koedgn pembitjaraan mereka.

“Jangan To” tolak Indira.
“Kenapa sayg” tanya Detto.
“Aqoe beloem pernah.. gitoean”
“Makanya ditjoba sayg” boejoek Detto.
“Taqoet To” Indira beralasan.
“Ngga apa-apa kok” lanjoet Detto memboejoek
“Tapi To”
“Gini deh”, potong Detto, “Aqoe tjioem aja, kalaoe kamoe ngga soeka kita berhenti”
“Janji ya To” sahoet Indira ingin meyakinkan.
“Janji” Detto meyakinkan Indira.

Detto tak memboeang-boeang waktoe, ia memboeka t-shirt dan tjelana pendeknya dan kembali menikmati boekit kenikmatan Indira yg indah itoe, perlahan moeloetnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengetjoep-ngetjoep goendoekan diantara paha sekaligoes menarik toeroen g-string Indira. Dgn hati-hati Detto memboeka kedoea paha Indira dan moelai mengetjoep kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Toeboeh Indira bergetar merasakan lidah Detto.

“Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too”

Mendengar desahan Indira, Detto semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Indira dan meremas-remas boeah dadanya dgn liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah mengoeasai Indira, toeboehnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yg tak berkepoetoesan, tangannya mengoesap-oesap dan menarik-narik ramboet Detto, seakan tak ingin melepaskan kenikmatan yg ia rasakan.

Indira semakin memboeka lebar kedoea kakinya agar memoedahkan moeloet Detto melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semoea yg diraih ditjengramnya koeat-koeat. Indira soedah tenggelam dan setiap detik belaloe semakin dalam ia menoejoe ke dasar laoetan birahi. Detto tahoe persis apa yg haroes dilaqoekan selanjoetnya, ia memboeka TJDnya dan merangkak naik keatas toeboeh Indira. Mereka bergoemoel dalam ketelanjangan yg berbaloet birahi. Sesekali Detto di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggoelnya, Indira tak tinggal diam ia melaqoekan joega yg sama. Kemaloean mereka saling beradoe, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itoe semoea memboeat degoep jantoeng berdetak kentjang dan bagian-bagian sensitif di toeboehkoe mengeras.. Aqoe moelai terjangkit viroes birahi mereka.

Detto kemoedian mengangkat toeboehnya yg ditopang satoe tangan, sementara tangan lain memegang kejantannya. Detto mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Anggie.
“Jangan To, katanya tjoema tjioem aja” sergah Indira.
“Rileks An” boejoek Detto, sambil mengosok-gosok oejoeng kemaloeannya di kewanitaan Indira.
“Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Indira tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja An”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Indira semakin mendesah
“Gitoe An.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh To.. eesshh”
“Enak An..?”
“Ehh.. enaakk To”

Aqoe benar-benar ternganga diboeatnya. Seoemoer hidoep beloem pernah aqoe melihat milik lelaki yg sebenarnya, apalagi adegan ‘live’ seperti itoe.

Tak ada lagi protes apalagi penolakan tjoema desahan kenikmatan Indira yg terdengar.

“Aqoe masoekin ya An” pertanyaan yg tak memboetoehkan jawaban.
Detto langsoeng menekan pinggoelnya, oejoeng kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Indira.
“Aakhh.. To.. eengghh” erang Indira tjoekoep keras, memboeat ramboet-ramboet ditoeboehkoe meremang mendengarnya.

Detto lebih meroendoek lagi dgn sikoet menahan toeboeh, perlahan pinggoelnya bergerak toeroen naik serta moeloetnya dgn raqoes meloemat boeah dada Indira.

“Teroess.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yg kerass saygg” Indira meratjaoe.
“Aqoe soeka sekali boeah dada kamoe An.. mmhh”
“Aqoe joega soeka kamoe isep To.. ahh” Indira menyorongkan dadanya memboeat Detto bertambah moedah meloematnya.

Boekan tjoema Indira yg terayoen-ayoen gelombang birahi, aqoe yg melihat semoea itoe toeroet hanyoet diboeatnya. Tanpa sadar aqoe moelai meremas-remas boeah dada dan memainkan poetingkoe sendiri, memboeat mataqoe terpejam-pejam merasakan nikmatnya.

Detto tahoe Indira soedah pada sitoeasi ‘point of no retoern’, ia merebahkan toeboehnya menindih Indira dan memeloeknya seraya meloemat moeloet, leher dan telinga Indira dan.. koelihat Detto menekan pinggoelnya, dapat koebaygkan bagaimana kejantanannya melesak masoek ke dalam rongga kenikmatan Indira.

“Aoeoewww.. To.. sakiitt” jerit Indira.
“Stop.. stop To”
“Rileks An.. soepaya enak nanti” boejoek Detto, sambil teroes menekan lebih dalam lagi.
“Sakit To.. pleasee.. jangan diteroesin”

Terlambat.. seloeroeh kejantanan Detto telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Indira. Beberapa saat Detto tak bergerak, ia mengetjoep-ngetjoep leher, poendak dan akhirnya boeah dada Indira kembali jadi boelan-boelanan lidah dan moeloetnya. Perlaqoean Detto memboeat birahi Indira teroesik kembali, ia moelai melengoeh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang toeboeh Detto yg moelai dari poenggoeng, pinggang sampai boeah pantatnya tak loepoet dari remasan-remasan tangan Indira.

Detto memahami sekali keadaan Indira, pinggoelnya moelai digerakan memoetar perlahan sekali tapi moeloetnya bertambah ganas melahap goendoekan daging Indira yg dihiasi poeting ketjil kemerah-merahan.

“OEhh.. ohh.. To” desah kenikmatan Indira, kakinya diboeka lebih melebar lagi.
Detto tak menyia-nyiakan kesempatan ini dipertjepat ritme gerakan pinggoelnya.
“Agghh.. ohh.. teroes Too” Indira meratjaoe merasakan kejantanan Detto yg berpoetar-poetar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dgn mata terpejam, pinggoelnya toeroet bergoyg. Merasakan gerakannya mendapat respon Detto tak ragoe lagi oentoek menarik-memasoekan batang kemaloeannya.
“Aaaoeoegghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too” Indira tak koeasa lagi menahan loeapan kenikmatan yg keloear begitoe saya dari moeloetnya.

Pinggoel Detto yg toeroen naik dan kaki Indira yg terboeka lebar memboeat darahkoe berdesir, menimboelkan denyoet-denyoet di bagian sensitifkoe, koemasoekan tangan kiri kebalik tjelana pendek dan TJD. Toeboehkoe bergetar begitoe jari-jemarikoe meraba-raba kewanitaankoe.
“Ssshh.. sshh” desiskoe tertahan manakala jari tengahkoe menyentoeh bibir kemaloeankoe yg soedah basah, sesaat ‘life show’ Detto dan Indira terloepakan. Kesadarankoe kembali begitoe mendengar pekikan Indira.
“Addoeoehh.. Too.. nikmat sekalii” Indira terboeai dalam birahinya yg menggeboe-geboe.
“Nikmati An.. nikmati sepoeas-poeasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too”
“Poenya kamoe enaakk sekalii An.. oeoegghh”
“Ohh.. Too.. aqoe sayg kamoe.. sshh” desah Indira seraya memeloek, poejian Detto roepanya memboeat Indira lebih agresif, pantatnya bergoyg mengikoeti irama hentakan-hentakan toeroen-naik pantat Detto.
“Enaak An.. teroes goyg.. oehh.. eenngghh” merasakan goygan Indira Detto semakin mempertjepat hoejaman-hoejaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Too.. teroess.. sayaang” pekik Indira.
Semakin liar kedoeanya bergoemoel, keringat kenikmatan membanjir menyelimoeti toeboeh mereka.
“Too.. tekan saygg.. oeoehh.. aqoe maoe ke.. keloe.. aarrghh” erang Indira.

Detto menekan pantatnya dalam-dalam dan toeboeh kedoeanya poen mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenoehi seantero kamar dan kemoedian kedoeanya.. terkoelai lemas.

Dikamar aqoe gelisah mengingat-ingat kejadian yg baroe saja koelihat, bayg-bayg Detto menyetoeboehi Indira begitoe mengoeasai pikirankoe. Tak koeasa aqoe menahan tangankoe oentoek kembali mengoesap-oesap seloeroeh bagian sensitif di toeboehkoe tetapi keberadaan Soesan sangat mengganggoe, menjelang ayam berkokok baroelah mataqoe terpejam. Dalam mimpi adegan itoe moentjoel kembali tjoema saja boekan Indira yg sedang disetoeboehi Detto tetapi dirikoe.

Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghiroep oedara poentjak, sekalian membeli makanan dan tjemilan sementara Soesan dan Kelvin menoenggoe villa. Beloem lagi 15 menit meninggalkan villa peroetkoe tiba-tiba moelas, aqoe mentjoba oentoek bertahan, tak berhasil, bergegas aqoe kembali ke villa.

Selesai dari kamar mandi aqoe mentjari Soesan dan Kelvin, roepanya mereka sedang di roeang TV dalam keadaan.. boegil. Lagi-lagi aqoe mendapat soegoehan ‘live show’ yg spektaqoeler. Toeboeh Soesan setengah melonjor di sofa dgn kaki menapak kelantai, Kelvin berloetoet dilantai dgn toeboeh berada diantara kedoea kaki Soesan, Moeloetnya mengoeloem-ngoeloem kewanitaan Soesan, tak lama kemoedian Kelvin meletakan kedoea toengkai kaki Soesan dibahoenya dan kembali menyantap ‘segitiga venoes’ yg semakin terpampang dimoekanya. Tak ayal lagi Soesan berkelojotan diperlaqoekan seperti itoe.

“Ssshh.. sshh.. aahh” desis Soesan.
“Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayg”
“Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt”
“Aoeoewww.. pelan sayg gigitnyaa”

Melengkapi kenikmatan yg sedang melanda dirinya satoe tangan Soesan mentjengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas boeah dada 36b-nya sendiri serta memilin poetingnya.

Beberapa saat kemoedian mereka berganti posisi, Soesan yg berloetoet di lantai, moeloetnya mengoeloem kejantanan Kelvin, kepalanya toeroen naik, tangannya mengotjok-ngotjok batang kenikmatan itoe, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Soesan sepertinya memberikan sensasi yg loear biasa bagi Kelvin.

“Aaahh.. aaoeoegghh.. teroess saygg” desah Kelvin.
“Ohh.. saygg.. enakk sekalii”
Soeara desahan dan erangan memboeat Soesan tambah bernafsoe meloemat kejantanan Kelvin.
“Ohh.. Soesani.. ngga tahann.. masoekin saygg” pinta Kelvin.

Soesan menyoedahi loematannya dan beranjak keatas, berloetoet disofa dgn pinggoel Kelvin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan Kelvin, diarahkan kemoeloet kewanitaannya dan dibenamkan. “Aaagghh” kedoeanya melengoeh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka masing-masing. Dgn kedoea tangan berpangkoe pada pahanya Soesan moelai menggerakan pinggoelnya moendoer majoe, karoean saja Kelvin mengeliat-geliat merasakan batangnya dioeroet-oeroet oleh kewanitaan Soesan. Sebaliknya, milik Kelvin yg menegang keras dirasakan oleh Soesan mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Soeara desahan, desisan dan lengoehan saling bersaoet manakala kedoea insan itoe sedang dirasoek kenikmatan doeniawi.

Tontonan itoe memboeat aqoe tak dapat menahan keinginankoe oentoek meraba-raba2 sekoejoer toeboehkoe, rasa gatal begitoe merasoek kedalam kemaloeankoe. Koetinggalkan ‘live show’ bergegas menoejoe kamar, koelampiaskan birahikoe dgn mengesek-gesekan bantal di kewanitaankoe. Merasa tak poeas koesingkap rok minikoe, koeselipkan tangankoe kedalam TJD-koe membelai-belai ramboet-ramboet tipis di permoekaan kewanitaankoe dan.. akhirnya menyentoeh klitoriskoe.
“Aaahh.. sshh.. eehh” desahkoe merasakan nikmatnya eloesan-eloesankoe sendiri, jarikoe merayap tak terkendali ke bibir kemaloeankoe, memboeka belahannya dan bermain-main ditempat yg moelai basah dgn tjairan pelantjar, manakala kenikmatan semakin membaloet dirikoe tiba-tiba pintoe terboeka.. Soesan! masih dgn pakaian koesoet menerobos masoek, oentoeng aqoe masih memeloek bantal, sehingga kegiatan tangankoe tak terlihat olehnya.

“Ehh Ver.. kok ada disini, boekannya tadi ikoet yg lain?” sapa Soesan terkejoet.
“Iya Si.. balik lagi.. peroet moeles”
“Aqoe soeroeh Kelvin beli obat ya”
“Ngga oesah Si.. oedah baikan kok”
“Yakin Ver?”
“Iya ngga apa-apa kok” jawabkoe meyakinkan Soesan yg kemoedian kembali ke roeang tengah setelah mengambil yg diboetoehkannya. Sirna soedah birahikoe karena rasa kaget.

Malam harinya selesai makan kami semoea berkoempoel diroeang tengah, Hendri langsoeng memoetar VTJD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaroehi kami, teroetama kawan-kawan lelaki, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Soesan dan Kelvin menghilang, tak lama kemoedian disoesoel oleh Indira dan Detto. Tinggal aqoe, Toni dan Hendri, kami doedoek dilantai bersandar pada sofa, aqoe di tengah. Melihat adegan film yg bertambah panas memboeat birahikoe teroesik. Rasa gatal menyeroeak dikewanitaankoe mengelitik sekoejoer toeboeh dan setiap detik berlaloe semakin memoentjak saja, aqoe jadi salah tingkah. Toni yg pertama melihat kegelisahankoe.

“Kenapa Ver, gelisah banget horny ya” tegoernya bertjanda.
“Ngga lagi, ngatjo kamoe Ton” sanggahkoe.
“Kalaoe horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan ada kita-kita” Hendri menimpali.
“Rese’ nih berdoea, nonton aja toeh” sanggahkoe lagi menahan maloe.

Toni tak begitoe saja menerima sanggahankoe, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya soedah tentoe ia tahoe persis apa yg sedang aqoe rasakan. Toni tak menyia-nyiakannya, bahoekoe dipeloeknya seperti biasa ia laqoekan, seakan tanpa tendensi apa-apa.

“Santai Ver, kalaoe horny enjoy aja, gak oesah maloe.. itoe artinya kamoe normal” bisik Toni sambil meremas poendakkoe.
Remasan dan terpaan nafas Toni saat berbisik menyebabkan semoea ramboet-ramboet di toeboehkoe meremang, tanpa terasa tangankoe meremas oejoeng rok. Toni menarik tangankoe meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tangankoe jadi meremas pahanya.

“Remas aja paha aqoe Ver daripada rok” bisik Toni lagi.
Kalaoe sedang bertjanda jangankan paha, pantatnya yg ‘geboy’ saja kadang aqoe remas tanpa rasa apapoen, kali ini merasakan paha Toni dalam remasankoe memboeat darahkoe berdesir keras.
“Ngga oesah maloe Ver, santai aja” lanjoetnya lagi.

Entah karena boejoekannya ataoe aqoe sendiri yg menginginkan, tak jelas, yg pasti tangankoe tak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yg ‘wow’ koeremas pahanya. Merasa mendapat angin, Toni melepaskan rangkoelannya dan memindahkan tangannya di atas pahaqoe, awalnya masih dekat dengkoel lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya memboeatkoe merinding.

Entah bagaimana moelainya tanpa koesadari tangan Toni soedah berada dipaha dalamkoe, tangannya mengeloes-eloes dgn haloes, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yg timboel begitoe koeatnya, memboeatkoe membiarkan kenakalan tangan Toni yg semakin menjadi-jadi.

“Ver goee soeka deh liat leher sama poendak kamoe” bisik Toni seraya mengetjoep poendakkoe.
Aqoe yg soedah terboeai eloesannya karoean saja tambah menjadi-jadi dgn ketjoepannya itoe.
“Jangan Ton” tetapi aqoe beroesaha menolak.
“Kenapa Ver, tjoema poendak aja kan” tanpa perdoeli penolakankoe Toni tetap saja mengetjoep, bahkan semakin naik keleher, disini aqoe tak lagi beroesaha ‘jaim’.
“Ton.. ahh” desahkoe tak tertahan lagi.
“Enjoy aja Ver” bisik Toni lagi, sambil mengetjoep dan menjilat daoen telingaqoe.
“Ohh Ton” aqoe soedah tak mampoe lagi menahan, semoea rasa yg terpendam sejak melihat ‘live show’ dan film, perlahan merayapi lagi toeboehkoe.

Aqoe tjoema mampoe tengadah merasakan kenikmatan moeloet Toni di leher dan telingaqoe. Hendri yg sedari tadi asik nonton melihatkoe seperti itoe tak tinggal diam, ia poen moelai toeroet melaqoekan hal yg sama. Poendak, leher dan telinga sebelah kirikoe jadi sasaran moeloetnya.

Melihat aqoe soedah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Toni semakin naik hingga akhirnya menyentoeh kewanitaankoe yg masih terbaloet TJD. Eloesan-eloesan di kewanitaankoe, remasan Hendri di boeah dadaqoe dan kehangatan moeloet mereka dileherkoe memboeat magma birahikoe menggelegak sejadi-jadinya.

“Agghh.. Tonn.. Drii.. ohh.. sshh” desahankoe bertambah keras.

Hendri menyingkap tang-top dan braqoe boekit kenyal 34b-koe menyemboel, langsoeng dilahapnya dgn raqoes. Toni joega beraksi memasoekan tangannya kedalam TJD meraba-raba kewanitaankoe yg soedah basah oleh tjairan pelitjin. Aqoe jadi tak terkendali dgn serangan mereka toeboehkoe bergelinjang keras.

“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahankoe berganti menjadi erangan-erangan.

Mereka meloetjoeti seloeroeh penoetoep toeboehkoe, toeboeh poloskoe dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka poen kembali menjarahnya. Hendri meloemat bibirkoe dgn bernafsoe lidahnya menerobos kedalam rongga moeloetkoe, lidah kami saling beraoet, mengait dan menghisap dgn liarnya. Sementara Toni menjilat-jilat pahaqoe lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaankoe, lidahnya bergerak-gerak liar di klitoriskoe, bersamaan dgn itoe Hendri poen soedah meloemat boeah dadaqoe, poetingkoe yg kemerah-merahan jadi boelan-boelanan bibir dan lidahnya.

Diperlaqoekan seperti itoe memboeatkoe kehilangan kesadaran, toeboehkoe bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aqoe moelai berani poenggoeng Hendri koeremas-remas, koejambak ramboetnya dan merengek-rengek meminta mereka oentoek tak berhenti melaqoekannya.

“Aaahh.. Tonn.. Drii.. teroess.. sshh.. enakk sekalii”
“Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi” bisik Hendri seraya menjilat dalam-dalam telingaqoe.

Mendengar kata ‘lebih lagi’ aqoe seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggoel koeangkat-angkat, ingin Toni melaqoekan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaankoe dgn menyedot-nyedot goendoekan daging yg semakin basah oleh loedahnya dan tjairankoe. Tak berapa lama kemoedian aqoe merasakan kenikmatan itoe semakin memoentjak, toeboehkoe menegang, koepeloek Hendri-yg sedang menikmati poeting soesoe-dgn koeatnya.
“Aaagghh.. Tonn.. Drii.. aqoeoe.. oohh” jeritkoe keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaankoe. Toeboehkoe melemas.. loengai.

Toni dan Hendri menyoedahi ‘hidangan’ pemboekanya, dibiarkan toeboehkoe beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata koeingat-ingat apa yg baroe saja koealami. Permainan Hendri di boeah dada dan Toni di kewanitaankoe yg menyebarkan kenikmatan yg beloem pernah koealami sebeloemnya, dan hal itoe telah kembali menimboelkan getar-getar birahi diseloeroeh toeboehkoe. Aqoe semakin tenggelam saja dalam bayg-bayg yg menghanyoetkan, dan tiba-tiba koerasakan hemboesan nafas ditelingaqoe dan rasa tak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Hendri moelai lagi, tapi kali ini toeboehkoe seperti di gelitiki riboean semoet, ternyata Hendri soedah polos dan ramboet-ramboet lebat di tangan dan dadanya menggelitiki toeboehkoe. Begitoepoen Toni soedah boegil, ia memboeka kedoea pahaqoe lebar-lebar dgn kepala soedah berada diantaranya.

Mataqoe terpejam, aqoe sadar betoel apa yg akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan toeboehkoe sebagai ‘hidangan’ oetama. Ada rasa koeatir dan taqoet tapi joega menantikan kelanjoetannya dgn berdebar. Begitoe koerasakan moeloet Toni yg berpengalaman moelai beraksi.. hilang soedah rasa kekoeatiran dan ketaqoetankoe. Gairahkoe bangkit merasakan lidah Toni menjalar dibibir kemaloeankoe, ditambah lagi Hendri yg dgn lahapnya menghisap-hisap poetingkoe memboeat toeboehkoe mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedoea titik sensitif toeboehkoe.

“Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh” rintihkoe tak tertahankan lagi.
Toni kemoedian mengganjal pinggoelkoe dgn bantal sofa sehingga pantatkoe menjadi terangkat, laloe kembali lidahnya bermain dikemaloeankoe. Kali ini oejoeng lidahnya sampai masoek kedalam liang kenikmatankoe, bergerak-gerak liar diantara kemaloean dan anoes, seloeroeh toeboehkoe bagai tersengat aliran listrik aqoe hilang kendali. Aqoe merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yg tiada taranya. Laloe koerasakan sesoeatoe yg hangat keras berada dibibirkoe.. kejantanan Hendri! Aqoe mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Hendri tak menggoebrisnya ia malah manahan kepalaqoe dgn tangannya agar tak bergerak.

“Jilat.. Ver” perintahnya tegas.
Aqoe tak lagi bisa menolak, koejilat batangnya yg besar dan soedah keras membatoe itoe, Hendri mendesah-desah merasakan jilatankoe.
“Aaahh.. Verr.. jilat teroes.. nngghh” desah Hendri.
“Jilat kepalanya Ver” aqoe menoeroeti permintaannya yg tak moengkin koetolak.
Lama kelamaan aqoe moelai terbiasa dan dapat merasakan joega enaknya menjilat-jilat batang kemaloean itoe, lidahkoe berpoetar dikepala kemaloeannya memboeat Hendri mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep saygg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.

Aqoe tak tahoe haroes berboeat bagaimana, koeikoeti saja apa yg pernah koelihat di film, kepala kejantanannya pertama-tama koemasoekan kedalam moeloet, Hendri meringis.
“Jangan pake gigi Ver.. isep aja” protesnya, koetjoba lagi, kali ini Hendri mendesis nikmat.
“Ya.. gitoe sayg.. sshh.. enak.. Ver”

Melihat Hendri saat itoe memboeatkoe toeroet laroet dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masoek menyentoeh langit-langit moeloetkoe, beloem lagi kenakalan lidah Toni yg tiada henti-hentinya menggeraygi setiap soedoet kemaloeankoe. Aqoe semakin terombang-ambing dalam gelombang samoedra birahi yg melanda toeboehkoe, aqoe bahkan tak maloe lagi mengotjok-ngotjok kejantanan Hendri yg separoehnya berada dalam moeloetkoe.

Beberapa saat kemoedian Hendri mempertjepat gerakan pinggoelnya dan menekan lebih dalam batang kemaloeannya, tangankoe tak mampoe menahan lajoe masoeknya kedalam moeloetkoe. Aqoe menjadi gelagapan, koe geleng-gelengkan kepalaqoe hendak melepaskan benda panjang itoe tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaqoe memboeat kemaloeannya seperti dikotjok-kotjok. Hendri bertambah beringas mengeloear-masoekan batangnya dan..

“Aaagghh.. nikmatt.. Verr.. aqoe.. kkeelloeaarr” jerit Hendri, air maninya menyemboer-nyemboer keras didalam moeloetkoe memboeatkoe tersedak, sebagian meloentjoer ke tenggorokankoe sebagian lagi tertjetjer keloear dari moeloetkoe.

Aqoe sampai terbatoek-batoek dan meloedah-loedah memboeang sisa yg masih ada dimoeloetkoe. Toni tak koehiraoekan aqoe langsoeng doedoek bersandar menoetoep dadaqoe dgn bantal sofa.
“Gila Hendri.. kira-kira dong” tjeletoekkoe sambil bersoengoet-soengoet.
“Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamoe enak banget” jawab Hendri dgn tersenyoem.
“OEdah Ver jangan marah, kamoe masih baroe nanti lama lama joega bakal soeka” sela Toni seraya mengambilkan aqoe minoem dan membersihkan sisa air mani dari moeloetkoe.

Toni benar, aqoe sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Hendri saat akan keloear tjoema saja semboerannya yg memboeatkoe kaget. Toni memboejoek dan memeloekkoe dgn lemboet sehingga kekesalankoe segera soeroet. Diketjoepnya keningkoe, hidoengkoe dan bibirkoe. Kelemboetan perlaqoeannya memboeatkoe loepa dgn kejadian tadi. Ketjoepan dibibir beroebah menjadi loematan-loematan yg semakin memanas kami poen saling memagoet, lidah Toni menerobos moeloetkoe melioek-lioek bagai oelar, aqoe terpantjing oentoek membalasnya. Ohh.. soenggoeh loear biasa permainan lidahnya, leher dan telingaqoe kembali menjadi sasarannya memboeatkoe soelit menahan desahan-desahan kenikmatan yg begitoe saja meloentjoer keloear dari moeloetkoe.

Toni merebahkan toeboehkoe kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaqoe dilahapnya poeting yg satoe dihisap-hisap satoenya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kirikoe tangannya melesat toeroen ke kewanitaankoe, dieloes-eloesnya kelentit dan bibir kemaloeankoe. Toeboehkoe langsoeng mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Toni.

“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desiskoe tak tertahan.
“Teroess.. Tonn.. aakkhh”

Aqoe menjadi lebih menggila waktoe Toni moelai memainkan lagi lidahnya di kemaloeankoe, seakan koerang lengkap kenikmatan yg koerasakan, kedoea tangankoe meremas-remas boeah dadaqoe sendiri.

“Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh” desahankoe semakin menjadi-jadi.

Tak lama kemoedian Toni merayap naik keatas toeboehkoe, aqoe berdebar menanti apa yg akan terjadi. Toni memboeka lebih lebar kedoea kakikoe, dan kemoedian koerasakan oejoeng kejantanannya menyentoeh moeloet kewanitaankoe yg soedah basah oleh tjairan tjinta.

“Aaoeoegghh.. Tonn.. pelann” jeritkoe lirih, saat kepala kejantanannya melesak masoek kedalam rongga kemaloeankoe.

Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaloeannya dalam kehangatan liang kewanitaankoe. Kemoedian-masih sebatas oejoengnya-setjara perlahan ia moelai memoendoer-majoekannya. Sesoeatoe yg aneh segera saja menjalar dari gesekan itoe keseloeroeh toeboehkoe. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaoer ditoeboehkoe memboeat pinggoelkoe mengeliat-geliat mengikoeti toesoekan-toesoekan Toni.

“Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn” desahkoe lirih.
Aqoe benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yg loear biasa akibat gesekan-gesekan di moeloet kewanitaankoe. Mataqoe terpejam-pejam kadang koegigit bibir bawahkoe seraya mendesis.

“Enak.. Ver” tanya Toni berbisik.
“He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh”
“Nikmatin Ver.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Tonn.. ngghh”

Toni teroes mengayoenkan pinggoelnya toeroen-naik-tetap sebatas oejoeng kejantanannya-dgn ritme yg semakin tjepat. Selagi aqoe terayoen-ayoen dalam boeaian birahi, tiba-tiba Toni menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaankoe.

“Aoeoehh.. sakitt Tonn” jeritkoe saat kejantanannya merobek selapoet daraqoe, rasanya seperti tersayat silet, Toni menghentikan tekanannya.
“Pertama sedikit sakit Ver.. nanti joega hilang kok sakitnya” bisik Toni seraya menjilat dan menghisap telingaqoe.

Entah boejoekannya ataoe karena geliat liar lidahnya, yg pasti aqoe moelai merasakan nikmatnya milik Toni yg keras dan hangat didalam rongga kemaloeankoe.

Toni kemoedian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seloeroeh batang kemaloeannya dan mengeloear-masoekannya. Gesekan kejantanannya dirongga kewanitaankoe menimboelkan sensasi yg loear biasa! Setiap toesoekan dan tarikannya memboeatkoe menggelepar-gelepar.

“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh” desahkoe tak tertahan.
“Ohh.. Verr.. enak banget poenya kamoe.. oohh” poeji Toni diantara lengoehannya.
“Agghh.. teroes Tonn.. teroess” aqoe meratjaoe tak karoean merasakan nikmatnya hoejaman-hoejaman kejantanan Toni di kemaloeankoe.

Peloeh-peloeh birahi moelai menetes membasahi toeboeh. Jeritan, desahan dan lengoehan mewarnai pergoemoelan kami. Menit demi menit kejantanan Toni menebar kenikmatan ditoeboehkoe. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya toeboehkoe tak lagi mampoe menahan letoepannya.
“Tonii.. oohh.. tekan Tonn.. agghh.. nikmat sekali Tonn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari moeloetkoe.

Toeboehkoe mengejang, koepeloek Toni erat-erat, magma birahikoe meledak, mengeloearkan tjairan kenikmatan yg membanjiri reloeng-reloeng kewanitaankoe.

Toeboehkoe terkoelai lemas, tapi itoe tak berlangsoeng lama. Beberapa menit kemoedian Toni moelai lagi mematjoe gairahkoe, hisapan dan remasan didadaqoe serta pinggoelnya yg berpoetar kembali membangkitkan birahikoe. Lagi-lagi toeboehkoe diboeat mengelepar-gelepar terayoen dalam kenikmatan doeniawi. Toeboehkoe dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yg berbeda. Entah berapa kali kewanitaankoe berdenyoet-denyoet mentjapai klimaks tapi Toni sepertinya beloem ingin berhenti menjarah toeboehkoe. Selagi posisikoe di atas Toni, Hendri yg sedari tadi tjoema menonton serta merta menghampiri kami, dgn berloetoet ia memeloekkoe dari belakang. Leherkoe dipagoetnya seraya kedoea tangannya memainkan boeah dadaqoe. Apalagi ketika tangannya moelai bermain-main diklitoriskoe memboeatkoe menjadi tambah meradang.

Koetengadahkan kepalaqoe bersandar pada poendak Hendri, moeloetkoe yg tak henti-hentinya mengeloearkan desahan dan lengoehan langsoeng diloematnya. Pagoetan Hendri koebalas, kami saling meloemat, menghisap dan bertoekar lidah. Pinggoelkoe semakin bergoyg berpoetar, moendoer dan majoe dgn liarnya. Aqoe begitoe menginginkan kejantanan Toni mengadoek-adoek seloeroeh isi rongga kewanitaankoe yg meminta lebih dan lebih lagi.

“Aaargghh.. Verr.. enak banget.. teroes Ver.. goyg teroes” erang Toni.
Erangan Toni memboeat gejolak birahikoe semakin menjadi-jadi, koeremas boeah dadaqoe sendiri yg ditinggalkan tangan Hendri.. Ohh aqoe soenggoeh menikmati semoea ini.

Hendri yg merasa koerang poeas meminta meroebah posisi. Toni doedoek disofa dgn kaki menjoeloer dilantai, Aqoepoen merangkak kearah batang kemaloeannya.

“Isep Ver” pinta Toni, segera koeloemat kejantanannya dgn raqoes.
“Ooohh.. enak Ver.. isep teroes”

Bersamaan dgn itoe koerasakan Hendri menggesek-gesek bibir kemaloeankoe dgn kepala kejantanannya. Toeboehkoe bergetar hebat, saat batang kemaloean Hendri-yg satoe setengah kali lebih besar dari milik Toni-dgn perlahan menyeroeak menemboes bibir kemaloeankoe dan terbenam didalamnya. Toesoekan-toesoekan kejantanan Hendri serasa membakar toeboeh, birahikoe kembali menggeliat keras. Aqoe menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis doea batang kejantanan didalam toeboehkoe. Batang kemaloean Toni koeloemat dgn sangat bernafsoe. Kesadarankoe hilang soedah naloerikoe yg menoentoen melaqoekan semoea itoe.

“Verr.. teroes Verr.. goee ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang Toni.
Aqoe tahoe Toni akan segera menoempahkan tjairan kenikmatannya dimoeloetkoe, aqoe lebih siap kali ini. Selang berapa saat koerasakan semboeran-semboeran hangat sperma Toni.
“Aaagghh.. nikmat banget Verr.. isep teroess.. telan Verr”

jerit Toni, lagi-lagi naloerikoe menoentoen agar aqoe mengikoeti permintaan Toni, koehisap kejantananya yg menyemboerkan tjairan hangat dan.. koetelan tjairan itoe. Aneh! Entah karena rasanya, ataoe sensasi sexoeal karena melihat Toni yg mentjapai klimaks, yg pasti aqoe sangat menyoekai tjairan itoe. Koeloemat teroes itoe hingga tetes terakhir dan benda keras itoe mengetjil.. lemas.

Toni beranjak meninggalkan aqoe dan Hendri, sepeninggal Toni aqoe merasa ada yg koerang. Ahh.. ternyata dikerjai doea lelaki jaoeh lebih mengasikkan boeatkoe. Tetapi hoejaman-hoejaman kemaloean Hendri yg begitoe bernafsoe dalam posisi ‘doggy’ dapat memboeatkoe kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dgn eloesan-eloesan Iboe jarinya dianoeskoe. Boekan tjoema itoe, setelah diloedahi Hendri bahkan memasoekan Iboe jarinya ke loebang anoeskoe. Sodokan-sodokan dikewanitaankoe dan Iboe jarinya diloebang anoes memboeatkoe mengerang-erang.

“Ssshh.. engghh.. yg keras Drii.. mmpphh”
“Enak banget Drii.. aahh.. oohh”
Mendengar erangankoe Hendri tambah bersemangat menggedor kedoea loebangkoe, Iboe jarinya koerasakan tambah dalam menemboes anoeskoe, memboeatkoe tambah loepa daratan.

Sedang asiknya menikmati, Hendri mentjaboet kejantanan dan Iboe jarinya.
“Hendrii.. kenapa ditjaboett” proteskoe.
“Masoekin lagi Dri.. pleasee” pintaqoe menghiba.

Sebagai jawaban aqoe tjoema merasakan loedah Hendri bertjetjeran di loebang anoeskoe, tapi kali ini lebih banyak. Aqoe masih beloem mengerti apa yg akan dilaqoekannya. Saat Andi moelai menggosok kepala kemaloeannya diloebang anoes baroe aqoe sadar apa yg akan dilaqoekannya.

“Hendrii.. pleasee.. jangan disitoe” aqoe menghiba meminta Hendri jangan melaqoekannya.

Hendri tak menggoebris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melaqoekan hal itoe. Dibantoe dgn sodokan jarinya dikemaloeankoe hilang soedah proteskoe. Tiba-tiba koerasakan kepala kemaloeannya soedah menemboes anoeskoe. Perlahan tetapi pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anoeskoe dan tenggelam habis didalamnya.

“Adoehh sakitt Drii.. akhh..!” keloehkoe pasrah karena rasanya moestahil menghentikan Hendri.
“Rileks Ver.. seperti tadi, nanti joega hilang sakitnya” boejoeknya seraya mentjioem poenggoeng dan satoe tangannya lagi mengeloes-eloes klitoriskoe.

Separoeh toeboehkoe yg tengkoerap disofa sedikit membantoekoe, dgn begitoe memoedahkan aqoe oentoek mentjengram dan mengigit bantal sofa oentoek mengoerangi rasa sakit. Berangsoer-angsoer rasa sakit itoe hilang, aqoe bahkan moelai menyoekai batang keras Hendri yg menyodok-nyodok anoeskoe. Perlahan-lahan perasaan nikmat moelai menjalar disekoejoer toeboehkoe.

“Aaahh.. aaoeoehh.. oohh Drii” erang-erangan birahikoe mewarnai setiap sodokan kemaloean Hendri yg besar itoe.

Hendri dgn boeasnya menghentak-hentakan pinggoelnya. Semakin keras Hendri menghoejamkan kejantananya semakin aqoe terboeai dalam kenikmatan.

Toni yg soedah poelih dari ‘istirahat’nya tak ingin tjoema menonton, ia kembali bergaboeng. Membaygkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahkoe. Atas inisiatif Toni kami pindah kekamar tidoer, jantoengkoe berdebar-debar menanti permainan mereka. Toni merebahkan diri terlentang ditempat tidoer dgn kepala beralas bantal, toeboehkoe ditarik menindihinya. Sambil meloemat moeloetkoe-yg segera koebalas dgn bernafsoe-ia memboeka lebar kedoea pahaqoe dan langsoeng menantjapkan kemaloeannya kedalam kemaloeanqoe. Hendri yg berada dibelakang memboeka belahan pantatkoe dan meloedahi loebang anoeskoe. Menyadari apa yg akan mereka laqoekan menimboelkan getaran birahi yg tak terkendali ditoeboehkoe. Sensasi sexoeal yg loear bisa hebat koerasakan saat kejantanan mereka yg keras mengadoek-adoek rongga kewanitaan dan anoeskoe. Hentakan-hentakan milik mereka dikedoea loebangkoe memberi kenikmatan yg tak terperikan.

Hendri yg soedah lelah berloetoet meminta meroebah posisi, ia mengambil posisi tidoeran, toeboehkoe terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada didalam anoeskoe. Toni langsoeng memboeka lebar-lebar kakikoe dan menghoejamkan kejantanannya dikemaloeankoe yg terpampang menganga. Posisi ini memboeatkoe semakin menggila, karena boekan tjoema kedoea loebangkoe yg digarap mereka tapi joega boeah dadaqoe. Hendri dgn moedahnya memagoet leherkoe dan satoe tangannya meremas boeah dadaqoe, Toni melengkapinya dgn menghisap poeting boeah dadaqoe satoenya. Aqoe soedah tak mampoe lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yg menghantam sekoejoer toeboehkoe. Hantaman-hantaman Toni yg semakin boeas dibarengi sodokan Hendri, soenggoeh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya koerasakan sesoeatoe didalam kewanitaankoe akan meledak, keliarankoe menjadi-jadi.

“Aaagghh.. ooeoehh.. Tonn.. Drii.. tekaann” jerit dan erangkoe tak karoean.
Dan tak berapa lama kemoedian toeboehkoe serasa melayg, koetjengram pinggoel Toni koeat-koeat, koetarik agar batangnya menghoejam keras dikemaloeankoe, seketika semoeanya menjadi gelap pekat. Jeritankoe, lengoehan dan erangan mereka menjadi satoe.
“Adoeoehh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii”
“Aaarrghh.. Verr.. enakk bangeett”
Kedoeanya menekan dalam-dalam milik mereka, tjairan hangat menyemboer hampir bersamaan dikedoea loebangkoe. Toeboehkoe bergetar keras didera kenikmatan yg amat sangat dahsyat, toeboehkoe mengejang berbarengan dgn hentakan-hentakan dikewanitaankoe dan akhirnya kami.. terkoelai lemas.

Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayoeh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya toeboeh kami tak lagi mampoe mendayoeng. Kami terhempas kedalam mimpi dgn senyoem kepoeasan. Dihari-hari berikoetnya boekan tjoema Hendri dan Toni yg memberikan kepoeasan, tapi joega lelaki-lelaki lain yg aqoe soekai. Tapi aqoe tak pernah bisa meraih kenikmatan bila tjoema dgn satoe lelaki.. aqoe baroe akan mentjapai kepoeasan bila ‘dijarah’ oleh doea ataoe tiga lelaki sekaligoes.

Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Sex, Informasi Berita Malam, Cerita Semi, Cerita Selingkuh
Share this article :
+
Previous
Next Post »
 
Copyright © 2014 Cerita Malam - All Rights Reserved
Powered By CERITAMALAM